Kamis, 28 April 2011

Tiru Inggris, Hitler Ingin Dirikan Tamasya Nazi Terbesar

Tiru Inggris, Hitler Ingin Dirikan Tamasya Nazi Terbesar

LONDON (Berita SuaraMedia) – Pemimpin Nazi, Adolf Hitler ingin Nazi menjadi operator tur terbesar di dunia dengan mendirikan kamp liburan seperti kamp liburan Inggris Butlins. Hal tersebut diungkapkan sejumlah dokumen rahasia. Rencana yang lama menghilang tersebut berisi tujuan untuk mendirikan rangkaian "resor super" yang mampu mengakomodasi 20.000 anggota Nazi yang berlibur sekaligus. Rencana tersebut ditemukan dalam arsip negara di Greifswald di timur laut Jerman, demikian diwartakan Daily Mail.
Tapi, keinginan sang diktator Jerman tersebut tersisihkan oleh rencana-rencana perangnya.
Salah satu dokumen mengungkapkan keinginan Nazi membangun "kamp liburan Inggris yang dirancang untuk memberikan liburan yang terjangkau bagi para pekerja pada umumnya."
Berkas setebal 62 halaman yang ditemukan pekan lalu tersebut menjabarkan rencana dari Robert Ley, pemimpin Front Buruh Jerman Nazi, mengenai tempat peristirahatan Prora.
Kompleks beton yang dibangun di Pulau Ruegen, Baltik, itu merupakan satu-satunya kamp liburan yang dibangun berdasarkan proyek tersebut dan masih bertahan hingga saat ini.
Tapi, lokasi sepanjang 2,5 mil yang menghadap laut tersebut tidak pernah sempat ditinggali orang-orang yang berlibur karena perang pecah hanya selang beberapa pekan sebelum para turis pertama dijadwalkan tiba.
Dokumen-dokumen Greifswald tersebut menunjukkan rincian rencana pembentukan batalion buruh berkekuatan puluhan ribu orang untuk membangun hotel-hotel di sepanjang garis pantai Baltik Jerman dan Laut Utara.
Rencana-rencana tersebut sudah dilanjutkan dan ditemukan surat izin mendirikan bangunan di dalam arsip tersebut, yang merupakan izin pendirian bangunan hanya berselang beberapa bulan sebelum Perang Dunia II pecah pada September 1939 dengan invasi Jerman ke Polandia.
Dokumen-dokumen tersebut menjabarkan bagaimana Hitler memerintahkan pendirian lokasi liburan yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri dengan sejumlah generator untuk menghasilkan listrik dan lokasi penyulingan air di kawasan tersebut.
Juergen Rostock, pemimpin pusat dokumentasi Prora, menyebutkan, "Rencana-rencana tersebut merupakan tambahan yang amat berharga untuk memahami sejarah Nazi untuk membangun tempat peristirahatan yang dirancang Nazi dalam skala besar."
Total ada lima tempat yang direncanakan Nazi untuk membawa para pekerja pabrik berlibur. Liburan yang dirancang murni berisi propaganda dan kegiatan di pagi dan siang hari dilakukan berdasarkan latihan, kursus, dan dialog yang disetujui Nazi.
Konsep totalnya diperuntukkan bagi 110.000 pekerja Nazi dan anggota partai untuk berlibur di tepat-tempat peristirahatan tersebut.
Tapi, dokumen-dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa Nazi mengalami masalah biaya, sama seperti perencana proyek besar saat ini.
Robert Ley, pengorganisasi yang diberi tugas menyediakan tenaga buruh untuk mengerjakan pembangunan tempat-tempat peristirahatan tersebut, memerintahkan bahwa Prora, yang mulai dibangun pada 1936, jika dikurskan dengan biaya sekarang, semestinya tidak menelan biaya lebih dari 25 juta pounds, namun membengkak menjadi 750 juta pounds.
Dalam sebuah memo, Ley menuliskan, "Tidak boleh ada kesan bahwa sejumlah besar uang dibuang di sini, yang mungkin lebih baik dipergunakan untuk persenjataan."
Hanya Prora yang dibangun, sementara tempat-tempat peristirahatan lain yang direncanakan dibangun di dekat Hamburg, Wilhelmshaven, Bremen, dan Usedom tidak pernah terselesaikan. (dn/nk/dm)
»»  read more

Serang Libya, AS Dikecam "Claudia Schiffer Afrika Utara"

Serang Libya, AS Dikecam "Claudia Schiffer Afrika Utara"

TRIPOLI (Berita SuaraMedia) – Putri Kolonel Moammar Gaddafi mengecam Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. Ia mengatakan bahwa sang presiden tidak mampu meraih apa-apa dan mengecam Clinton karena tidak meninggalkan Bill Clinton yang sudah terlibat skandal perselingkuhan.
Menanggapi serangan sekutu terhadap Libya, Aisha Gaddafi mengecam kepemimpinan Amerika.
Sembari menyerukan diawalinya dialog terbuka untuk coba mengakhiri konflik di Libya, Aisha mengatakan bahwa Presiden Obama "sejauh ini belum mencapai apa-apa."
Pengacara glamor yang dulu pernah disemati julukan "Claudia Schiffernya Afrika Utara" karena rambut pirang panjangnya itu kemudian mempertanyakan keputusan Menlu Clinton terkait skandal Bill Clinton dengan Monica Lewinsky saat masih menjadi presiden AS.
"Kenapa kau tidak tinggalkan saja Gedung Putih saat mengetahui suamimu selingkuh?" tanya Aisha secara retoris sambil kemudian tertawa.
Dalam keterangan di hadapan pers Barat untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan, Aisha Gaddafi, 36, menjelaskan mengenai pandangan rezim Libya. Ia menerangkan bahwa anak-anaknya sudah diberi penjelasan mengenai kematian agar mereka siap.
Aisha mengatakan bahwa dirinya sering bercerita mengenai peperangan kepada ketiga anaknya sebelum tidur. "Karena, di masa perang kita tidak pernah tahu. Kapan saja bisa dihantam roket atau bom dan mati."
Putri pemimpin Libya tersebut menyampaikan komentar tersebut dalam wawancara dengan New York Times pada hari Minggu, beberapa jam sebelum NATO meningkatkan skala serangan udara terhadap Tripoli dan kembali menghantam bangunan Gaddafi.
Aisha Gaddafi, yang pernah belajar hukum di Paris dan pernah menjadi anggota tim penasihat hukum Saddam Hussein, menyebut para pemberontak sebagai teroris. Tapi, ia juga mengindikasikan bahwa sebagian pemimpin pemberontak yang merupakan bekas pejabat Gaddafi masih tetap menjalin hubungan dengan rezim Libya.
"Mereka (pemberontak) mengatakan kepaa kami bahwa mereka punya keluarga, putri, putra, pasangan, dan khawatir terhadap keselamatan mereka. Oleh karena itu mereka melakukannya," kata Aisha.
"Ada banyak anggota dewan yang sudah bekerja selama 42 tahun untuk ayah saya dan mereka setia kepadanya. Apa Anda pikir mereka tiba-tiba saja seperti itu?" katanya.
Aisha menerima fakta bahwa mungkin pasukan Gaddafi menembak demonstran tak bersenjata, namun ia mengatakan bahwa hal itu tidak signifikan.
Ia juga mendesak agar semua pihak duduk bersama untuk berdialog.
Dengan mengenakan jins ketat dipadukan dengan sepatu Gucci, Aisha mengecam PBB karena mencabut gelarnya sebagai duta besar meski sebelumnya memohon dirinya menjadi utusan perdamaian.
Aisha mengatakan, perang di Libya telah menyatukan keluarganya dan keluarganya akan tetap berkuasa karena mereka punya harapan besar kepada Tuhan.
Aisha juga bersikeras bahwa ayahnya masih sekuat dulu. Dia juga yakin rakyat Libya setia kepada Gaddafi.
Tanpa adanya kepemimpinan Gaddafi, Aisha mempredikikan bahwa para imigran ilegal Afrika akan membanjiri negara-negara Barat dan kelompok-kelompok radikal akan mendirikan pangkalan di Mediterania.
Aisha menyebut Barat bersalah karena mencampuri urusan Libya saat pemerintah Libya sudah hendak mengumumkan konstitusi sebagai langkah awal menuju reformasi demokratis.
Ia juga menyebut kekerasan di Irak merupakan peringatan bagi Amerika.
"Perlawanan di Irak membuktikan bahwa saat mereka datang ke Irak, mereka akan disambut dengan bunga," kata Aisha. "Nyaris 10 tahun sesudahnya, Amerika disambut dengan peluru," tambahnya.
"Percayalah, situasi di Libya akan jauh lebih buruk," tambahnya. (dn/dm)
»»  read more