Rabu, 09 Februari 2011

Bakteri Susu Formula Ancam Keselamatan Otak Bayi!

Bakteri Susu Formula Ancam Keselamatan Otak Bayi!


Mahkamah Agung (MA) memerintahkan agar Menteri Kesehatan RI dan lembaga terkait mengumumkan hasil penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai susu formula yang tercemar bakteri Enterobacter sakazakii. Perintah ini juga berlaku bagi IPB dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Dalam pertimbangan Majelis Kasasi MA, hakim memaparkan sedikit hasil penelitian IPB yang diketuai Sri Estuningsih, dan dipublikasikan melalui situs kampus pada 17 Februari 2008. Bakteri Enterobacter sakazakii ini dapat menghasilkan enterotoksin atau bahan atau zat racun yang tahan panas. Dampak racun ini sangat berbahaya bagi bayi yang baru lahir. Seperti diberitakan dari situs MA, racun yang dihasilkan bakteri tersebut menyebabkan enteritis (radang usus), sepsis (keracunan yang disebabkan oleh hasil proses pembusukan), dan meningitis (peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang).

Sementara itu, dilansir dari wikipedia, tingkat kematian akibat infeksi Enterobacter Esakazakii mencapai 40-80 persen. Sebanyak 50 pasien yang dilaporkan menderita infeksi E. Sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa.
Pemberian nama bakteri ini sendiri untuk menghormati salah satu bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii.

Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.
Pemohon gugatan ini, David ML Tobing mengapresiasi putusan MA yang melindungi masyarakat. "Ini putusan yang sangat positif," kata dia. "Menkes harus buka nama-nama produk susu yang terkontaminasi."
Dia meminta agar Menteri Kesehatan, BPOM, dan IPB melindungi masyarakat ketimbang perusahaan yang memproduksi susu berbakteri. "Seharusnya IPB sebagai lembaga pendidikan, tidak perlu dipaksa-paksa pengadilan lah," tegasnya.
Dia pun menolak anggapan yang menyebutkan penelitian ini akan membuat perusahaan susu bangkrut.
Sementara itu, terkait dengan pengumuman merek susu formula berbakteri oleh Kementerian Kesehatan RI, isu ini kembali mengundang keingintahuan publik. Kabar tercemarnya sejumlah susu formula dengan bakteri E. Sakazakii tentunya meresahkan banyak orangtua.
Untuk menjawab keingintahuan Anda, kenali bakteri E. Sakazakii dan apa bahayanya terhadap kesehatan bayi dan balita berikut ini
Dikutip dari situs Fakultas Pertanian IPB, Enterobacter sakazakii (dibaca: enterobakter sakazaki-ai) merupakan salah satu patogen gram negatif yang sangat mematikan pada bayi baru lahir, usia 0-6 bulan. Sementara bakteri Sakazakii merupakan ancaman bagi bayi berusia 6-12 bulan.
Angka kematian akibat infeksi E. Sakazakii pada bayi baru lahir sangat tinggi sekitar 40-80 persen terutama pada bayi prematur dan bayi dengan imunitas lebih rendah daripada bayi pada umumnya.

Bakteri ini berada di saluran pencernaan dan ditemukan dalam berbagai produk seperti susu formula, keju, daging, biji-bijian hingga bumbu-bumbuan. Bakteri E. sakazakii berkembang optimal pada kisaran suhu 30-40 derajat Celcius. Kontaminasi E. Sakazakii pada susu formula diperkirakan terjadi pada saat proses produksi.
Bila satu sel bakteri mengkontaminasi, dalam lima hari produk susu tersebut telah mengandung endotoxin yang sangat berbahaya bagi kesehatan bayi. Hal ini, menurut situs tersebut, dibuktikan dari penelitian di seluruh dunia, bukan hanya di IPB.

Hingga kini, berbagai studi terus mencari penyebab kontaminasi susu berbakteri. Diduga, E. Sakazakii mengontaminasi produk susu formula lewat udara. Sehingga, diperlukan mekanisme Hazard Analysis Critical Control Point atau analisis titik penanganan kritis pada bahaya di tingkat produksi susu formula.

Pada penggunaan di rumah, susu bayi pada umumnya disiapkan dengan proses yang minim pemanasan. Biasanya, susu formula hanya dicampur air hangat kuku dengan suhu kurang dari 70°C, yang tidak cukup untuk mematikan bakteri ini.

Racun endotoxin bakteri akan menyebabkan diare, enteritis (radang usus), sepsis (keracunan yang disebabkan oleh hasil proses pembusukan), dan meningitis (peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang).

Disebutkan, infeksi bakteri akan menyebabkan gejala demam dan diare, yang bukan hanya disebabkan bukan hanya E. sakazakii tetapi juga bisa oleh mikroorganisme lainnya. Bila bayi dan balita mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. (fn/v2v) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar