Minggu, 20 Maret 2011

Jepang Naikkan Tingkat Bahaya Nuklir Fukushima

TOKYO (Berita SuaraMedia) – Jepang menaikkan level kewaspadaan di pembangkit listrik tenaga nuklir yang terkena dampak gempa hingga angka empat atau lima dari skala tujuh dalam insiden nuklir internasional. Krisis yang terjadi di pembangkit listrik Daiichi di Fukushima yang sebelumnya hanya disebut masalah lokal kini dianggap memiliki dampak yang jauh lebih luas.
PBB mengatakan bahwa perjuangan untuk menstabilkan pembangkit listrik tersebut merupakan perlombaan melawan waktu.
Krisis itu dipicu oleh bencana gempa dan tsunami dahsyat pekan lalu yang mengakibatkan setidaknya 17.000 orang meninggal atau menghilang.
Para pejabat bidang nuklir Jepang mengatakan bahwa kerusakan pada inti reaktor kedua dan ketiga di pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut telah mencapai tingkatan yang mengkhawatirkan.
Insiden di Pulau Three Mile di Amerika Serikat pada tahun 1979 juga mendapat skala lima dalam tingkat kewaspadaan tersebut, sementara bencana nuklir Chernobyl tahun 1986 mendapat skala tujuh.
Pemerintah Jepang mengakui bahwa pihaknya bisa saja melakukan penanganan yang lebih cepat dalam krisis nuklir tersebut.
Sementara itu, pemberitaan sebelumnya yang menyebutkan bahwa ada seorang pria yang diselamatkan dari reruntuhan setelah terkubur selama delapan hari ternyata tidak benar.
Kanto berita Kyodo menyebutkan bahwa pria tersebut sebelumnya sudah berada di tempat penampungan dan dipulangkan ke rumah saat ditemukan oleh tim penyelamat.
Hujan salju lebat yang turun tetap tidak mampu memadamkan harapan untuk dapat menyelamatkan nyawa dari reruntuhan setelah gempa dan tsunami.
Jutaan orang warga terkena dampak bencana. Banyak korban selamat yang tidak bisa mendapatkan akses terhadap air bersih, listrik, bahan bakar, atau makanan yang cukup. Sementara ratusan ribu orang korban gempa kehilangan tempat tinggal.
Kepolisian Nasional Jepang menyebutkan bahwa ada 6.911 orang yang dipastikan meninggal dalam bencana tersebut, sementara 10.316 orang lainnya masih belum diketemukan.
Pada hari Jumat, rakyat di seluruh Jepang diminta mengheningkan cipta selama satu menit, tepat satu minggu berselang setelah terjadi bencana.
Saat seluruh negeri mengheningkan cipta, para sukarelawan yang bekerja di reruntuhan menundukkan kepala mereka, sejumlah korban selamat yang berusia lanjut di tempat penampungan terlihat menitikkan air mata.
Para pejabat Jepang terus mencoba meyakinkan rakyat bahwa risiko radiasi di luar radius 30 kilometer dari pembangkit listrik nyaris nol.
Tapi, sejumlah negara asing mengambil tindakan pencegahan yang lebih luas. Spanyol mengikuti langkah Inggris, Amerika Serikat, dan sejumlah negara lain dan mengupayakan evakuasi warga negara mereka yang merasa cemas dengan dampak radiasi.
Kepanikan juga menyebar ke luar negeri. Sejumlah toko kehabisan pil yodium yang bisa melindungi manusia dari radiasi. Sejumlah bandara di Asia memindai para penumpang yang berasal dari Jepang untuk mengantisipasi kemungkinan kontaminasi radiasi.
Karena panik, orang-orang di China memborong garam karena yakin bahwa garam bisa membentengi mereka dari paparan radiasi, meski anggapan itu keliru.
Sementara itu, dalam pidato yang ditayangkan televisi nasional, Perdana Menteri Naoto Kan mengatakan, "Kita akan membangun kembali Jepang dari nol. Kita semua harus turut serta dalam hal ini."
Menurutnya, bencana alam dan krisis nuklir adalah ujian yang besar bagi rakyat Jepang. Ia mendesak semua pihak untuk tetap berusaha dengan gigih.
Mengenai isu nuklir, Sekretaris Kabinet Yukio Edano membenarkan bahwa Jepang semestinya bisa bergerak lebih cepat untuk menangani keadaan dan mengoordinasikan serta menyediakan semua informasi dengan lebih cepat.
Ketua Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano tiba lebih awal di Tokyo dan memperingatkan bahwa krisis di Fukushima seperti "perlombaan melawan waktu."
"Ini bukan sesuatu yang semestinya hanya ditangani oleh Jepang. Masyarakat di seluruh dunia harus bekerja sama dengan Jepang dan rakyat di zona bencana," kata Amano.
IAEA mengatakan bahwa timnya yang beranggotakan para ahli telah mengukur radiasi dari Tokyo dan mengklaim tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada indikasi radioaktif yodium atau cesium di kota tersebut.
IAEA mengatakan bahwa pihaknya akan menghelat pertemuan khusus pada hari Senin esok untuk membahas temuan tim Amano.
Operator pembangkit listrik Fukushima, Tokyo Electric Power (Tepco) mengatakan bahwa pihaknya tidak menepis kemungkinan mengubur pembangkit listrik tersebut dengan beton untuk mencegah terjadinya kebocoran radiasi, metode yang serupa dengan yang dipergunakan di Chernobyl. (dn/bc)

0 komentar:

Posting Komentar