Minggu, 14 Agustus 2011

Zions Israel Pembantai Bayi 12 Bulan Di Gaza


GAZA (Berita SuaraMedia) – Sekali lagi kebiadaban binatang Israel kembali memperlihatkan wujudnya. Seorang bayi tercatat menjadi korban paling akhir dari blokade dan berbagai tindakan kejam Israel di Jalur Gaza.
Pada hari Senin kemarin, bayi laki-laki yang hanya sempat hidup selama 12 bulan, bernama Muhammad Rami Ibrahim Nofal, menghembuskan nafasnya yang terakhir disaat para dokter menunggu keluarnya "ijin" Israel untuk membawa bayi malang tersebut keluar dari Gaza agar dapat mendapatkan perawatan medis yang lebih layak.
Bayi tersebut, yang menghembuskan nafasnya yang terakhir di kota Khan Yunis yang terletak di sebelah selatan, telah didiagnosis mederita kelainan jantung yang parah.
Disaat Gaza sangat bergantung kepada sistem kesehatan di luar wilayah tersebut untuk pelayanan kesehatan yang lebih memadai, Israel menerapkan blokade militer secara biadab. Blokade Yahudi tersebut memaksa para pasien yang sakit dan pasien yang berada dalam keadaan kritis untuk mencari jalan keluar dari Jalur Gaza.
Kematian bayi tersebut membuat jumlah korban yang meninggal karena tidak diperbolehkan keluar dari wilayah Gaza menjadi 337 orang. Blokade Israel tersebut sekaligus dijadikan sebagai alat untuk perlahan-lahan membunuh warga sipil Palestina Jalur Gaza.
Berdasarkan sebuah laporan berjudul "mempergunakan kesehatan sebagai tebusan" yang dirilis pada bulan Agustus oleh persatuan dokter untuk hak asasi manusia, terungkap bahwa pihak Israel memang sengaja memanfaatkan penyakit fatal sebagai salah satu cara mereka untuk memaksa dan menekan warga sipil Palestina yang bermukim di Gaza, dan juga untuk memata-matai warga Palestina di Jalur Gaza.
Menurut laporan tersebut, Israel sengaja mecegah para pasien untuk meninggalkan wilayah tersebut. Pasien yang ingin keluar dari wilayah Gaza untuk menerima perawatan medis hanya diperbolehkan keluar jika mereka bersedia memberikan imbalan kepada pemerintah Israel di Tel Aviv. Imbalan yang dimaksud berupa informasi yang diinginkan oleh pemerintah negara Yahudi tersebut.
Perawatan medis untuk anggota masyarakat yang paling tidak tertolong, menurut laporan tersebut, memang dibuat sebagai alat – secara langsung maupun tidak – oleh Israel secara berkala.
"Saya memutuskan dan menetapkan peraturan, dan kalian akan melihat sendiri apakah kalian bersedia melakukan apa yang saya perintahkan, jika ya, maka saya akan mengijinkan kalian untuk pergi ke rumah sakit Ichilov," demikian kutip laporan tersebut dari ucapan seorang petugas interogasi kepada seorang pasien. "Sekarang, bergantung kepada kalian sendiri, apakah kalian bersedia memenuhi permintaan saya dan tunduk."
Israel melancarkan blokade terhadap Jalur Gaza sejak pemerintah Palestina pimpinan Hamas yang terpilih melalui pemilihan umum yang jujur, adil dan demokratis, mengambil alih wilayah tersebut pada pertengahan bulan Juni 2007.
Mesir, yang tetap bersikeras bahwa perbatasan mereka dengan Gaza adalah titik transit Mesir-Israel, memberlakukan hal yang sama terhadap warga Palestina dan terus menutup jalur vital tersebut sejak 2007.
Blokade tersebut masih terus berlangsung pada akhir Desember dan pertengahan Januari saat Israel melancarkan agresi militernya ke Gaza, langkah tersebut dilakukan Israel untuk menghalang-halangi upaya rakyat sipil yang ingin pergi meninggalkan zona perang.
Sekitar 1.400 orang warga Palestina kehilangan nyawa dalam pembantaian berkedok operasi militer tersebut.
Menurut agen PBB, blokade yang diterapkan pada wilayah yang berpenduduk sebanyak 1,5 juta orang tersebut semakin diperketat dalam beberapa bulan belakangan. (dn/ptv)

0 komentar:

Posting Komentar