Senin, 10 Januari 2011

Alam Ghaib dlm Sorotan

penulis Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc
headline Manhaji 04 - Mei - 2006 18:36:59
Penglihatan manusia tentu tdk bisa menjangkau benda yg berada di balik tembok. Contoh kecil di atas menunjukkan betapa indera manusia mempunyai keterbatasan. Oleh krn itu teramat naif jika ada orang2 yg menolak hal-hal ghaib dgn mendewakan panca inderanya.
Merunut sejarah secara psikologis umat manusia –sejak dahulu kala– mempunyai keingintahuan yg besar terhadap segala sesuatu yg bersifat ghaib khusus bila berkaitan dgn peristiwa dan kejadian di masa datang. Saking penasaran terkadang mereka menyempatkan diri utk mendatangi tukang ramal; baik dari kalangan ahli nujum dukun ataupun ’orang pintar’. Ada kala dgn cara mengait-ngaitkan sesuatu yg dilihat ataupun didengar dgn kesialan atau keberhasilan nasib yg akan dialami . Dan ada kala pula dgn meyakini ta’bir mimpi yg diramal oleh orang pintar –menurut mereka. Tragis orang yg dianggap mengerti akan hal ini justru mendapatkan posisi kunci di tengah masyarakat dan meraih gelar kehormatan semacam orang pintar dan ahli supranatural. Bahkan gelar kebesaran ‘wali’ pun acap kali disematkan utk mereka. Wallahul musta’an.
Kondisi semacam ini tdk hanya terjadi pada masyarakat awam yg identik dgn buta huruf dan penduduk pedesaan semata. Namun kalangan ‘intelektual’ dan modernis pun ternyata turut terkontaminasi dgn itu semua. Tidaklah mengherankan jika kemudian berbagai macam ‘ilmu’ yg konon dapat menyingkap perkara-perkara ghaib meruak ke permukaan dan banyak dipelajari oleh sebagian masyarakat meskipun dlm praktek kerap kali harus bekerja sama dgn jin .
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alusy Syaikh berkata: “Yang paling banyak terjadi pada umat ini adl pemberitaan jin kepada kawan-kawan dari kalangan manusia tentang berbagai peristiwa ghaib di muka bumi ini1. Orang yg tdk tahu menyangka bahwa itu adl kasyaf dan karamah. Bahkan banyak orang yg tertipu dengan dan beranggapan bahwa pembawa berita ghaib tersebut sebagai wali Allah padahal hakekat adl wali setan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ اْلإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ اْلإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِيْنَ فِيْهَا إِلاَّ مَا شَاءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ
“Dan akan suatu hari ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan mereka semua : ‘Hai golongan jin sesungguh kalian telah banyak menyesatkan manusia’ lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari kalangan manusia: ‘Ya Rabb kami sesungguh sebagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebagian dan kami telah sampai pada waktu yg telah Engkau tentukan’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Neraka itulah tempat tinggal kalian dan kalian kekal abadi di dlm kecuali bila Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki .’ Sesungguh Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Rahasia Alam Ghaib
Alam ghaib menyimpan rahasia tersendiri. Rahasia alam ghaib ada yg Allah khususkan utk diri-Nya semata dan tdk diberitakan kepada seorang pun dari hamba-Nya sebagaimana dlm firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِيْ كِتَابٍ مُبِيْنٍ
“Dan hanya di sisi Allah-lah kunci-kunci semua yg ghaib. tdk ada yg mengetahui kecuali Dia sendiri dan dia mengetahui apa yg ada di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yg gugur melainkan Dia mengetahui . Dan tdk jatuh sebutir biji pun dlm kegelapan bumi dan tidaklah ada sesuatu yg basah atau pun yg kering melainkan tertulis dlm kitab yg nyata .”
Tentang hal ini Nabi Nuh ‘alaihissalam berkata sebagaimana dlm firman Allah:
وَلاَ أَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ
“Dan aku tdk mengatakan kepada kalian : ‘Aku mempunyai gudang-gudang rizki dan kekayaan dari Allah dan aku tiada mengetahui yg ghaib’.”
Demikian pula Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan Allah utk mengatakan:
قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيْرٌ وَبَشِيْرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah: ‘Aku tdk mampu menarik kemanfaatan bagi diriku dan tdk menolak kemudharatan kecuali yg dikehendaki Allah. Dan sekira aku mengetahui yg ghaib tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyak dan aku tdk akan ditimpa kemudharatan. Aku tdk lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang2 yg beriman.”
Di antara perkara ghaib yg Allah Subhanahu wa Ta’ala khususkan utk diri-Nya semata adl apa yg terkandung dlm firman-Nya:
إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Sesungguh Allah hanya pada sisi-Nya semata pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yg ada dlm rahim. Dan tiada seorang pun yg bisa mengetahui apa yg akan dia dapatkan di hari esok. Dan tiada seorang pun yg bisa mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Hal ini sebagaimana yg dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dita Malaikat Jibril tentang kapan terjadi hari kiamat:
..فِيْ خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللهُ. ثُمَّ تَلاَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الآية
“…termasuk dari lima perkara yg tdk diketahui kecuali oleh Allah semata. Kemudian Nabi membaca ayat .”
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Berdasarkan hadits ini tdk ada celah sedikit pun bagi seorang pun utk mengetahui salah satu dari lima perkara tersebut. Dan Nabi telah menafsirkan firman Allah Al-An’am: 59 dgn lima perkara ghaib tersebut sebagaimana yg terdapat dlm Shahih .”
Di antara perkara ghaib ada yg diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para Rasul yg diridhai-Nya termasuk di antara Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُوْلٍ
“ Yang Maha Mengetahui perkara ghaib mk Dia tdk memperlihatkan kepada seorang pun tentang perkara ghaib itu kecuali yg Dia ridhai dari kalangan Rasul.”
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ
“Dan Allah sekali-kali tdk akan memperlihatkan kepada kalian perkara-perkara ghaib akan tetapi Allah memilih siapa saja yg dikehendaki-Nya di antara para Rasul-Nya.”
Maka dari itulah perkara ghaib tdk mungkin diketahui secara pasti dan benar kecuali dgn bersandar pada keterangan dari Allah dan Rasul-Nya. Lalu bagaimanakah dgn orang2 yg mengaku mengetahui perkara ghaib tanpa bersandar kepada keterangan dari keduanya?
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Barangsiapa mengaku bahwa diri mengetahui perkara ghaib tanpa bersandar kepada keterangan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mk dia adl pendusta dlm pengakuan tersebut.”
Apakah jin mengetahui perkara ghaib? Jawaban adalah: Tidak. Jin tdk mengerti perkara ghaib sebagaimana yg Allah nyatakan:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِيْنِ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman tdk ada yg menunjukkan kepada mereka itu kecuali rayap yg memakan tongkatnya. mk tatkala ia telah tersungkur tahulah jin itu bahwa kalau sekira mereka mengetahui perkara ghaib tentulah mereka tdk akan berada dlm kerja keras yg menghinakan.”
Adapun apa yg mereka beritakan kepada kawan-kawan dari kalangan manusia tentang perkara ghaib mk itu semata-mata dari hasil mencuri pendengaran di langit2. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ. إِلاَّ مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِيْنٌ
“Dan Kami menjaga dari tiap-tiap setan yg terkutuk. Kecuali setan yg mencuri-curi yg dapat didengar lalu dia dikejar oleh semburan api yg terang.”
Hikmah Tertutup Tabir Alam Ghaib bagi Umat Manusia
Para pembaca tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala memutuskan dan menentukan suatu perkara kecuali selalu ada hikmah di baliknya. Demikian pula hal dgn alam ghaib yg tabir tertutup bagi umat manusia. Di antara hikmah adl sebagai ujian bagi umat manusia apakah mereka termasuk orang yg beriman dgn perkara ghaib yg Allah dan Rasul-Nya beritakan tersebut ataukah justru mengingkarinya?!
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Bahwasa alam barzah termasuk perkara ghaib yg tdk bisa dijangkau oleh panca indera. Jika bisa dijangkau oleh panca indera niscaya tdk ada lagi fungsi keimanan terhadap perkara ghaib dan tdk ada lagi perbedaan antara orang2 yg mengimani dgn yg mengingkarinya.”
Di antara hikmah pula adl utk keseimbangan hidup umat manusia antara suka dan duka cemas dan harapan di dlm mengarungi kehidupan dunia ini. Cobalah anda renungkan bagaimanakah jika seandai tiap orang mengetahui semua yg akan terjadi? Tentu kehidupan akan sangat kacau dan tdk mendapatkan ketentraman. Bagaimana tidak?! Ketika seseorang mengetahui dgn pasti bahwa akhir hidup adl menderita baik krn ditimpa penyakit kronis kecelakaan dibunuh dan lain sebagainya. Tentu hidup akan diselimuti dgn duka dan kecemasan. Si sakit misal ketika mengetahui dgn pasti bahwa dia akan mati krn sakit itu dan tdk ada lagi harapan utk hidup tentu keputus-asaanlah yg selalu merundungnya. Akan tetapi ketika dia tdk mengetahui dgn pasti mk harapan utk meni’mati hari esok masih terbentang di hadapan dan proses pengobatan pun akan selalu diupayakannya.
Ketika umat manusia mengetahui segala yg terjadi di alam ghaib bisa melihat malaikat dan jin dlm wujud asli bisa mengetahui orang2 yg diadzab di kubur dan sejenis niscaya ketenangan hidup tdk akan didapatkannya. Demikian pula ketika masing-masing orang mengetahui dgn pasti apa yg tersimpan di hati selain mk kehidupan ini akan terasa sebagai belenggu yg memberatkan. Karena berbagai keburukan yg ada pada hati masing-masing orang dapat dirasakannya.
Di lain kondisi ketika seseorang mengetahui dgn pasti bahwa dia selalu beruntung niscaya hal itu bisa menjadikan dia sombong dan bersikap semena-mena terhadap sesamanya. Tidaklah Allah menutup tabir rahasia alam ghaib kepada kita kecuali krn kasih sayang dan kebijaksanaan-Nya yg tiada tara. Sehingga sudah seharus bagi kita utk mensyukuri apa yg ditentukan-Nya tersebut.
Fenomena Umat tentang Alam Ghaib
Para pembaca tentu anda sering mendengar info seputar alam ghaib dan berbagai peristiwanya. Lebih-lebih belakangan ini ketika ‘misteri alam ghaib’ benar-benar dipromosikan dan dijadikan ajang komoditi bisnis yg cukup menjanjikan. Dengan sekian bumbu klenik dan racikan mistik mk tersajilah aneka menu yg kental dgn bau syirik dan khurafat. tdk luput…akhir televisi surat kabar dan media cetak/elektronik lain pun menjadi publik mediator modernnya.
Sementara di lain pihak ada orang2 yg mengingkari perkara ghaib. Dasar pemikiran mereka bertumpu pada keilmuan semata tanpa mempedulikan norma-norma keimanan. Nyaris sikap mengedepankan akal daripada dalil sam’i baik dari Al-Qur`an maupun hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi simbol mereka. tdk pelak akhir terjerumus pula ke dlm jurang kesesatan dikarenakan pengingkaran mereka terhadap perkara-perkara ghaib yg telah diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tersebut. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok3:
1. orang2 yg mengingkari semua perkara ghaib termasuk ada Allah Subhanahu wa Ta’ala Pencipta alam semesta ini. Mereka adl kaum atheis dari kalangan Dahriyyah . Demikian pula orang2 yg menapak jejak mereka dari kalangan atheis Sufi semacam Ibnu Arabi At-Tha`i penulis kitab Fushusul Hikam dan cs- yg mengklaim bahwa wujud ini hanya satu dan hakekat wujud Allah adl semua yg ada di alam semesta ini yg hakekat dari pemikiran tersebut adl peniadaan Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian mereka campakkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yg beliau bawa dgn suatu estimasi bahwa kewalian lbh baik dari kenabian dan khatimul auliya` lbh utama dari khatimul anbiya` bahkan dari semua Nabi.
2. Ahlul wahmi wat takhyil yaitu orang2 yg menyatakan bahwasa para Nabi telah memberitakan tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala hari kiamat surga dan neraka bahkan malaikat dgn gambaran yg tdk sesuai dgn kenyataannya. Para Nabi tersebut menggambarkan kepada manusia dari khayalan mereka; bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bertubuh besar tubuh manusia akan dibangkitkan di hari kiamat manusia akan mendapat keni’matan dan merasakan adzab padahal kenyataan tdk demikian. Kedustaan ini mereka lakukan demi kamashlahatan umat krn tdk ada cara yg lbh mendatangkan mashlahat dlm mendakwahi mereka kecuali dgn cara tersebut. Inilah pemikiran Ibnu Sina dan yg sejalan dengannya.
3. Ahlut tahrif wat ta`wil yaitu orang2 yg menyatakan bahwasa para Nabi tidaklah memaksudkan kecuali sesuatu yg memang benar ada hanya saja kenyataan yg sebenar dari semua itu adl apa yg bisa dijangkau oleh akal. Inilah pemikiran ahli kalam dan selain dari kalangan Mu’tazilah Kullabiyyah Salimiyyah Karramiyyah Syi’ah dll.
Dari sini jelaslah bagi kita bahwa sikap mengedepankan akal atas dalil sam’i baik dari Al-Qur`an maupun hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm permasalahan semacam ini tdk bisa dibenarkan bahkan sangat berbahaya. Asy-Syahrastani berkata: “Ketahuilah bahwasa syubhat pertama yg menimpa makhluk adl syubhat iblis -la’natullah-. Pemicu adl mengedepankan akal daripada nash dan mengekor hawa nafsu utk menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta kesombongan terhadap bahan yg Allah ciptakan dari atas bahan yg Allah ciptakan dari Adam ‘alaihissalam .”
Bahkan perumpaan akal yg ‘didewakan’ itu; “Laksana fatamorgana di tanah yg datar yg disangka air oleh orang yg dahaga tetapi bila didatangi ‘air itu’ dia tdk mendapati sedikit pun Dan didapati Allah di sisi lalu Allah memberikan kepada perhitungan amal-amal dgn cukup dan Allah adl sangat cepat perhitungan-Nya. Atau laksana kegelapan yg gulita di lautan yg dlm yg diliputi oleh ombak dan di atas ombak di atas awan; gelap gulita yg tindih bertindih. Apabila dia mengeluarkan tangan tiadalah dia dapat melihat barangsiapa yg tiada diberi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.”
Hal ini sebagaimana pengakuan Abu Abdillah Ar-Razi salah seorang tokoh mereka :
Kesudahan mengedepankan akal adl belenggu.4
Dan kebanyakan upaya para intelek itu adl kesesatan
Ruh-ruh kami terasa amat liar di dlm tubuh-tubuh kami
Dan hasil dari kehidupan dunia kami adl gangguan dan siksaan
Tidaklah didapat dari penelitian yg kami lakukan sepanjang masa
Melainkan kumpulan statemen-statemen
Aku telah memperhatikan dgn seksama berbagai seluk-beluk ilmu kalam dan metodologi filsafat mk kulihat semua itu tidaklah dapat menyembuhkan orang yg sakit dan tdk pula memuaskan orang yg dahaga dan metode yg paling tepat adl metode Al-Qur`an.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Engkau akan mendapati kebanyakan para intelek di bidang ilmu kalam filsafat dan bahkan tasawuf yg tdk mengindahkan apa yg dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang2 yg bingung. Sebagaimana yg dikatakan Asy Syahrastani:
“Sungguh aku telah keliling ke ma’had-ma’had tersebut
Dan seluruh pandanganku tertuju kepada mercusuar-mercusuarnya
Namun tdk kulihat pada kecuali orang yg bingung sambil bertopang dagu
Dan orang yg menyesal sambil menggemertakkan giginya.”
Sikap Ahlus Sunnah wal Jamaah Terhadap Alam Ghaib
Para pembaca Islam adl rahmat bagi semesta alam. Agama sempurna dan penyempurna bagi ajaran para Nabi sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam agama yg telah memadukan antara konsep keilmuan yg benar dgn konsep keimanan yg lurus. Keilmuan yg berasaskan keimanan dan keimanan yg ditunjang oleh keilmuan.
Adapun keilmuan semata tanpa mempedulikan norma-norma keimanan mk kesudahan adl kebinasaan sebagaimana hal orang2 Yahudi dan yg sejenisnya. Demikian pula keimanan semata tanpa mempedulikan keilmuan kesudahan adl kesesatan sebagaimana hal orang2 Nashrani dan yg sejenisnya. Perpaduan antara dua konsep inilah yg menjadikan Islam sebagai agama wasathan dan bersih dari segala bentuk sikap berlebihan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Oleh krn itu di antara para imam penulis kitab hadits yg menggunakan metode penyusunan berdasarkan bab ada yg memulai penyusunan dgn pokok keilmuan dan keimanan. Sebagaimana yg dilakukan Al-Imam Al-Bukhari dlm kitab Shahih- yg mana beliau memulai dgn Kitab Bad`il Wahyi ; yg merinci tentang kondisi turun ilmu dan iman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengiringi dgn Kitabul Iman yg merupakan asas keyakinan terhadap apa yg dibawa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah itu diiringi dgn Kitabul Ilmi yg merupakan perangkat utk mengenal apa yg dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam demikianlah tertib penyusunan yg hakiki. Begitu pula Al-Imam Abu Muhammad Ad-Darimi…”
Para pembaca alam ghaib ibarat alam yg gelap gulita sedangkan Al-Qur`an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ibarat dua cahaya yg terang benderang. Dengan dua cahaya itulah berbagai peristiwa dan kejadian di alam ghaib tersebut menjadi jelas dan terang. Atas dasar itulah tiap pribadi muslim wajib utk mengembalikan kepada firman Allah dan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Bila demikian berarti semua perkara ghaib haruslah ditimbang dgn timbangan Islam yaitu; Al-Qur`an dan Al-Hadits dgn pemahaman para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika perkara ghaib ternyata tdk ada keterangan di dlm Al-Qur`an dan Al-Hadits mk keberadaan tdk boleh diimani dan diyakini. Dan jika perkara ghaib tersebut diterangkan di dlm Al-Qur`an dan Al-Hadits baik berkaitan dgn peristiwa-peristiwa di masa lampau maupun di masa datang serta berbagai keadaan di akhirat dll mk keberadaan harus diimani dan diyakini walaupun pandangan mata dan akal kita tdk menjangkaunya.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata: “Iman kepada perkara ghaib ini mencakup keimanan kepada semua yg Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan dari peristiwa-peristiwa ghaib di masa lampau dan di masa yg akan datang berbagai keadaan di hari kiamat dan tentang hakekat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Beriman dgn perkara ghaib yg diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya merupakan salah satu ciri orang yg bertaqwa. Sedangkan tdk beriman dgn perkara ghaib tersebut merupakan ciri orang kafir atau ahli bid’ah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُو;ْنَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ
“Alif laam miim. Kitab ini tdk ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yg bertaqwa. mereka yg beriman kepada perkara ghaib yg mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yg Kami anugerahkan kepada mereka.”
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Hakekat iman adl keyakinan yg sempurna terhadap semua yg diberitakan para Rasul yg mencakup ketundukan anggota tubuh kepadanya. Iman yg dimaksud di sini bukanlah yg berkaitan dgn perkara yg bisa dijangkau panca indra krn dlm perkara yg seperti ini tdk berbeda antara muslim dgn kafir. Akan tetapi permasalahan berkaitan dgn perkara ghaib yg tdk bisa kita lihat dan saksikan . Kita mengimani krn berita yg datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah keimanan yg membedakan antara muslim dgn kafir yg mengandung kemurnian iman kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. mk seorang mukmin mengimani semua yg diberitakan Allah dan Rasul-Nya baik yg dapat disaksikan oleh panca indera maupun yg tdk dapat disaksikannya. Baik yg dapat dijangkau oleh akal dan nalar maupun yg tdk dapat dijangkaunya.
Hal ini berbeda dgn kaum zanadiqah dan para pendusta perkara ghaib . Dikarenakan akal yg bodoh lagi dangkal serta jangkauan ilmu yg pendek akhir mereka dustakan segala apa yg tdk diketahuinya. mk rusaklah akal-akal mereka itu dan bersihlah akal-akal kaum mukminin yg selalu berpegang dgn petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullahu berkata: “ wajib beriman kepada semua yg diberitakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yg dinukil secara shahih dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik perkara tersebut dapat dilihat mata maupun yg bersifat ghaib. Kita mengetahui bahwa semua itu benar baik yg dapat dijangkau akal maupun yg tdk bisa dijangkau dan tdk dimengerti hakekat maknanya.”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Berbagai macam berita yg diriwayatkan secara shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mk benar keberadaan dan wajib dipercayai baik dapat dirasakan oleh panca indera kita maupun yg bersifat ghaib baik yg dapat dijangkau oleh akal kita maupun yg tidak.”
Demikianlah manhaj yg benar di dlm menyikapi alam ghaib dan berbagai peristiwanya. Siapa saja yg berprinsip dengan mk dia beruntung dan berada di atas jalan yg lurus. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَالَّذِيْنَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Maka orang2 yg beriman kepada memuliakan menolong dan mengikuti cahaya yg terang yg diturunkan kepada mereka itulah orang2 yg beruntung.”
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوْحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلاَ اْلإِيْمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُوْرًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. صِرَاطِ اللهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ أَلاَ إِلَى اللهِ تَصِيْرُ اْلأُمُوْرُ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu dgn perintah Kami. Sebelum kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab dan tdk pula mengetahui apakah iman tetapi Kami menjadikan Al Qur`an itu cahaya yg Kami tunjuki dengan siapa saja yg Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami. Dan sesungguh kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yg lurus. jalan Allah yg kepunyaan-Nya segala apa yg ada di langit dan apa yg ada di bumi. Ingatlah bahwa hanya kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Penutup
Para pembaca dari bahasan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa:
1. Setiap muslim wajib beriman dgn alam ghaib dan semua peristiwa yg diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Baik yg dapat dijangkau oleh akal dan panca indra maupun yg tidak.
2. Mengedepankan akal dlm permasalahan semacam ini merupakan pangkal kesesatan.
3. Setiap muslim wajib memahami berita yg datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tentang alam ghaib dan peristiwa dgn pemahaman para shahabat Rasulullah krn ia merupakan jalan yg lurus. Dan tdk dgn pemahaman ahli kalam filsafat atheis sufi dan bahkan atheis dahriyyah yg menyesatkan.
Wallahu a’lam bish-shawab.
1 Kondisi tiap satu berita yg benar diiringi dgn seratus berita dusta. Sebagaimana hadits ‘Aisyah yg diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dlm Shahih- no. 3210 3288 5762 6213 7561 dan Al-Imam Muslim dlm Shahih- no. 2228.
2 Sebagaimana diterangkan dlm catatan kaki no. 1 hal. 5
3 Diringkas dari Dar`u Ta’arudhil Aqli Wan Naqli karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah 5/3-4 6/3-4 dan 1/8-13.
4 Yakni tdk menemukan solusi dari masalah yg dibahasnya.
Sumber: www.asysyariah.com

0 komentar:

Posting Komentar