Sabtu, 01 Januari 2011

Tahun Baru, Korut Luncurkan Ancaman Pembantaian Nuklir

SEOUL (Berita SuaraMedia) – Korea Utara menyambut tahun baru pada hari Sabtu (1/1) dengan dorongan untuk membangun hubungan lebih baik dengan rival sekaligus tetangganya, Korea Selatan. Korut memperingatkan, jika terjadi perang "tidak akan menghasilkan apa pun dan hanya akan mengakibatkan pembantaian nuklir."
Meski mendapat seruan dalam pesan tahun barunya mengenai Semenanjung Korea yang bebas nuklir, Korut, yang telah melakukan dua kali uji coba nuklir sejak tahun 2006, juga mengatakan bahwa militernya siap melakukan tindakan "langsung, tanpa ampun, dan membumihanguskan" lawan-lawannya.
Pesan liburan Korut tersebut – yang diperiksa oleh para pejabat dan analis di negara-negara tetangga untuk mencari petunjuk kebijakan – muncul setelah serangan artileri tanggal 23 November tahun lalu di sebuah pulau di garis depan Korsel di dekat perbatasan laut barat negara tersebut.
Serangan tersebut, yang dilakukan setelah dugaan serangan torpedo Korut terhadap sebuah kapal Korsel bulan Maret lalu, semakin membuat ketegangan kedua Korea memuncak dan memicu kekhawatiran akan pecahnya perang pada pekan-pekan terakhir di tahun 2010.
Dalam kolom editorial gabungan di tiga surat kabar, yang dimual kantor berita resmi Korean Central News Agency, Korut mengatakan, konfontasi antara kedua Korea harus lekas diselesaikan dan juga diserukan perbaikan hubungan kedua negara.
"Bahaya perang harus disingkirkan, dan perdamaian di Semenanjung Korea harus dijaga," demikian isi pesan tersebut yang juga dibaca secara tegas oleh seorang pembaca berita wanita Korut dengan mengenakan pakaian tradisional Korea dalam tayangan televisi pemerintah yang disiarkan di Seoul. "Jika pecah perang di tanah ini, maka hal itu hanya akan mengakibatkan pembantaian nuklir."
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang khusus menangani hubungan dengan Korut, engatakan bahwa para pejabatnya menganalisis pesan Korut tersebut, namun pihaknya tidak bersedia segera memberikan keterangan.
Empat warga Korsel, termasuk dua warga sipil, tewas dalam pengeboman Pulau Yeonpyeong, yang dilancarkan Korut setelah memperingatkan Seoul agar tidak melakukan simulasi pertempuran di sana. Serangan tersebut merupakan yang pertama kalinya dilakukan terhadap wilayah sipil sejak Perang Korea tahun 1950-1953.
Pemerintah Korsel memperkuat keamanan dan mengerahkan pasukan serta persenjataan tambahan ke Yeonpyeong, pulau yang hanya berjarak tujuh mil (11 kilometer) dari lepas pantai Korut.
Korea Utara tidak mengakui perbatasan maritim yang ditarik PBB pada 1953 dan mengklaim perairan di sekitar pulau tersebut sebagai wilayahnya. Semenanjung Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang karena konflik kedua negara hanya diakhiri dengan gencatan senjata, bukan kesepakatan damai.
Presiden Korsel Lee Myung-bak, dengan mengenakan baju tradisional, mengatakan kepada rakyatnya bahwa dirinya optimis dan penuh harapan di tahun 2011.
"Saya yakin bahwa kita akan mampu menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea dan melanjutkan pertumbuhan ekonomi," kata sang presiden dalam pesan rekaman video tersebut.
Dalam pesan tahun barunya, Pyongyang kembali menekankan sumpahnya untuk melancarkan serangan habis-habisan guna menciptakan negara yang makmur di tahun 2012.
2012 menandai peringatan 100 tahun kelahiran Kim Il Sung, gerilyawan yang menjadi pemimpin politik yang mendirikan negara komunis tersebut pada 1948 dan merupakan ayah dari pemimpin Korut saat ini, Kim Jong Il.
Hal itu membuat resah para pemimpin Korsel yang khawatir jika dorongan menuju kemakmuran sama dengan meningkatnya agresi Korut terhadap Korsel.
Pada hari Rabu (29/12), Presiden Lee mengatakan bahwa para diplomat harus membujuk Korut agar meninggalkan aspirasi nuklirnya sebelum 2012. Sebuah lembaga think tank yang terkait dengan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Institut Hubungan Luar Negeri dan Keamanan Nasional, emperingatkan bahwa Korut mungkin saja merencanakan uji nuklir di tahun 2011.
Editorial Tahun Baru Korut menyebutkan, "Korut konsisten dengan posisinya dan bersedia menerima perdamaian di timur laut Asia, serta penghapusan nuklir dari seluruh Semenanjung Korea."
Kim Yong-hyun, seorang analis Korsel di Universitas Dongguk, Seoul, menyatakan bahwa pesan itu menunjukkan Korut ingin bergabung kembali dengan dialog pelucutan nuklir. Ia mencatat bahwa dalam pesan itu tidak ada kritikan terhadap Amerika Serikat, sebuah hal yang kerap dilakukan Korut sebelumnya.
Dalam pesan itu, ditambahkan bahwa Korut akan bersikap kooperatif dengan negara-negara yang bersahabat terhadapnya, sebuah rujukan yang, kata Kim, merupakan sebuah pesan terhadap Washington.
Pembicaraan enam pihak untuk mengakhiri program nuklir Korut terhenti selama nyaris dua tahun.
Korut sebelumnya menggunakan agresi untuk memaksakan negosiasi. Baru-baru ini, negara komunis tersebut mengaku bersedia kembali berdialog, namun Washington dan Seoul berkeras meminta Korut mencapai perkembangan dalam komitmen pelucutan di masa lalu sebelum kembali berunding.
Korut juga memantik kekhawatiran baru terkait program nuklirnya pada November lalu ketika mengungkapkan fasilitas pengayaan uranium yang baru yang memungkinkan Korut meracik bom atom. Korut diyakini memiliki plutonium yang cukup untuk membuat setidaknya setengah lusin bom atom. (dn/ap) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar