Selasa, 07 Desember 2010

Tesis Universitas Kanada Berujung Kemarahan Yahudi

Tesis Universitas Kanada Berujung Kemarahan Yahudi

TORONTO (Berita SuaraMedia) – Universitas Toronto mendapat kecaman dari kelompok-kelompok Yahudi, seorang sejarawan ternama, dan para korban selamat Holocaust karena telah menerima tesis master dari seorang mahasiswa yang menyebut dua program pendidikan Holocaust sebagai program rasis. Tesis tersebut diberi judul, "Korban dari yang Kuat: Yahudi Putih, Zionisme, dan Rasisme Hegemoni Pendidikan Holocaust" dan ditulis oleh Jenny Peto, seorang  aktivis Yahudi yang tergabung dalam Koalisi Menentang Apartheid Israel.
Tesis tersebut mengecam March of Remembrance and Hope, saat para pemuda dengan bermacam latar belakang bepergian bersama para korban selamat Holocaust ke lokasi-lokasi pembantaian Nazi di Polandia, serta March of the Living Canada, yang mengajak para pemuda Yahudi dan korban selamat Holocaust ke Polandia dan Israel.
Peto menyatakan, kedua program tersebut menyebabkan orang-orang Yahudi dengan salah meyakini bahwa mereka adalah korban tak bersalah. Padahal, kenyataannya, mereka adalah orang-orang kulit putih yang mendapat keistimewaan dan tidak bisa melihat rasisme mereka sendiri.
Ia menuliskan, "Pembentukan identitas Yahudi sebagai korban adalah sebuah hal yang disengaja. Hal itu menimbulkan akibat-akibat yang amat menguntungkan komunitas Yahudi yang terorganisasi dan apartheid Israel.
Peto berpendapat, "Politik Zionis tersembunyi di balik tujuan-tujuan yang terdengar liberal dari March of Remembrance and Hope." Ia menuliskan bahwa ada sejumlah pertanyaan mengenai dampak Yahudi kulit putih mendidik orang-orang mengenai genosida, rasisme dan sikap tidak toleran.
Program tersebut bukan dijalankan sebuah kelompok Yahudi. Organisasi induknya adalah Canadian Center for Diversity yang mengajarkan anak-anak muda agar memerangi diskriminasi.
"Ia membuat klaim tidak berdasar dan pertanyaan palsu mengenai filosofinya, maksud dan tujuan kami, serta metodologi kami. Kami merasa terkejut dan tersinggung saat membaca tesis itu," kata Carla Wittess, direktur program dari pusat tersebut.
"Kami adalah organisasi non-keyakinan yang peduli dengan nasib pendidikan anak dan bahaya diskriminasi, dan Holocaust jelas merupakan sebuah contoh besar (rasisme)," tambahnya.
Kongres Yahudi Kanada (CJC), March of the Living, dan Irving Abella, profesor sejarah Yahudi di York University, mengatakan bahwa tesis tersebut seharusnya ditolak.
"Itu bukan beasiswa, melainkan ideologi," kata Abella, mantan presiden CJC. "(Tesis) itu tak ada hubungannya dengan sejarah, saya melihatnya dipenuhi ‘kepalsuan’ dan ‘penyimpangan’ serta disatukan oleh analisis yang amat tolol dan lembek. (Tesis) itu mendekati anti-Semitisme. Saya terkejut hal semacam ini bisa diterima di sebuah universitas besar."
Peto menerima gelarnya bulan Juni lalu dari Departemen Sosiologi dan Studi Ketidakadilan dalam Pendidikan (SESE) di Institut Studi Pendidikan (OISE) di Univeritas Toronto. Dekan OISE Julia O’Sullivan dan ketua SESE Richardo Walcott tidak menanggapi permintaan keterangan lebih lanjut pada hari Senin.
Pembantu Rektor Universitas Toronto, Cheryl Misak mengatakan, "Kemerdekaan penyelidikan terletak pada inti konstitusi kami. Cara terbaik membongkar kontroversi adalah menghadapi pandangan dan argumen yang dipermasalahkan."
Peto, yang berada dalam sebuah kelompok yang mengambil alih konsulat Israel pada 2009 menyebut kontroversi itu sebagai upaya pencemaran dari individu dan kelompok-kelompok pro-Israel.
"Ini bukan pertama kalinya saya bermasalah dengan kelompok-kelompok pro-Israel, dan saya yakin ini tidak akan menjadi yang terakhir," katanya.
Saat ditanya mengenai keinginannya mengubah isi tesisnya, Peto berkata, "Seandainya saja saya bisa menulis epilog untuk membahas mengenai kontroversi ini dan menunjukkan betapa sesuainya analisis saya mengenai penyalahgunaan anti-Semitisme untuk membungkam kritikan vokal terhadap Israel." (dn/ts) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar