Minggu, 12 Desember 2010

Video Pengakuan Pezina Iran Sulut Kemarahan Global

TEHERAN (Berita SuaraMedia) – Televisi negara Iran telah menyiarkan sebuah video wawancara dengan Sakineh Mohammadi Ashtiani, wanita yang divonis hukuman mati dengan rajam karena perzinahan, menyebabkan sebuah kemarahan global, yang di dalamnya ia mengakui menolong seorang pria membunuh suaminya dan memainkan ulang dugaan pembunuhan tersebut. Wawancara tersebut, menunjukkan pada Jum'at, adalah keempat kalinya bahwa Ashtiani telah dipertunjukkan di televisi Iran, menggerakkan banyak kritisi lihat seolah-olah Tehran berusaha untuk mengelakkan kecaman internasional atas kasus tersebut.
Berpakaian dalam baju berwarna hitam, dengan sebuah kerudung berwarna gading menutupi rambutnya, Ashtiani menggambarkan bagaimana ia memulai sebuah skandal dengan pria lain yang teridentifikasi sebagai Isa Taheri.
Wanita tersebut mengatakan bahwa ia memberi suaminya sebuah suntikan yang membuatnya tidak sadarkan diri, kemudian Taheri datang ke rumahnya dan menyetrum sang suami tersebut.
Dalam penayangan video baru tersebut di stasiun Press TV dalam bahasa Inggris, Ashitani dibawa dari penjara ke rumahnya di luar kota Tabriz di barat laut Iran.
Ia memperagakan dugaan pembunuhan pada Desember 2005 tersebut dengan seorang aktor yang menggambarkan suaminya.
Sehari sebelumnya, foto-foto dari penayangan tersebut, nampaknya menunjukkan wanita tersebut berada di rumah dengan anaknya, muncul di media dan sebuah kelompok kampanye Jerman mengklaim dengan salah bahwa wanita tersebut telah dibebaskan.
Amnesti Internasional mengkritisi penayangan tersebut sebelum penayangan tersebut mengudara, mengatakan bahwa itu akan melanggar standar internasional untuk sebuah pengadilan yang adil dengan membuat Ashtiani melibatkan dirinya sendiri di dalam sebuah pembunuhan.
"Jika pihak otoritas sedang berusaha untuk menggunakan 'pengakuan' ini untuk membangun sebuah kasus baru menentangnya, untuk sebuah kejahatan yang ia telah coba dan telah divoniskan kepada dirinya, kami akan mengutuk hal ini di dalam istilah yang paling kuat," Philip Luther, deputi direktur Amnesti program Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman kembali tersebut adalah bagian dari program berita setengah jam tentang kasus tersebut, yang memasukkan wawancara dengan Sajjad Qaderzadeh, anak Ashtiani, dan Houtan Kian, pengacaranya yang ditahan setelah ia mengatakan bahwa Ashtiani telah disiksa untuk mengungkapkan sebuah pengakuan.
Ashtiani divonis pada tahun 2006 telah memiliki sebuah "hubungan gelap" dengan dua orang pria setelah pembunuhan suaminya satu tahun sebelumnya dan divonis pada saat itu 99 cambukan.
Satu tahun kemudian, wanita tersebut juga didakwa perzinahan dan divonis dirajam, walaupun ia menarik sebuah pengakuan bahwa ia katakana di bawah paksaan.
Mengikuti sebuah kegemparan atas kasus tersebut dan tuntutan dari para politiki Barat dan kelompok HAM untuk membebaskan ibu dua anak tersebut, Iran menempatkan hukuman perejaman Ashtiani ditangguhkan pada bulan Juli untuk peninjauan ulang oleh mahkamah agung.
Kemudian otoritas Iran mengumumkan bahwa Ashtiani telah didakwa pembunuhan.
Otoritas Iran dapat menggunakan dakwaan pembunuhan tersebut, yang di Iran dapat dihukum mati, untuk membenarkan pengeksekusian Ashtiani, walaupun dengan menggantung dari pada merajam.
Namun para pejabat belum mengumumkan apakah Ashtiani telah dihukum untuk pembunuhan. (ppt/aje) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar